Cerita Putih Abu-Abuku; Part 1
Kali ini aku ingin bercerita tentang masa-masa putih abu-abuku. Well, setiap orang pasti punya ceritanya sendiri untuk mengisahkan masa-masa indah ini. Dan aku pun begitu. Namun, sehebat dan secanggih apapun cerita orang lain tentang masa ini, bagiku, ceritaku lah yang terbaik.
Dimulai dengan awal kisah bagaimana aku memimpikan untuk bersekolah di SMA impianku ini sejak masih di bangku sekolah dasar, alasannya sederhana saja, aku mengagumi seragam sekolah itu, yang di mataku kala itu sangat terhormat dan membanggakan. Ya, berangkat dari alasan sederhana itulah, aku akhirnya melangkahkan kaki menuju SMA terbaik di Provinsi Jambi itu, SMA Titian Teras Jambi. Dan, segera kupahami, mengapa sekolah ini menjadi sekolah terbaik. Pengalaman menempuh pendidikan selama tiga tahun di sana, membuatku mengerti jawabannya.
Pertama, dengan sistem rekruitmen yang lebih ketat dan selektif daripada sekolah pada umumnya, dimulai dengan mengumpulkan data administratif seperti fotokopi rapor SMP dari semester satu hingga semester lima, surat pengantar dari kepala sekolah, surat pengantar dari orang tua, surat keterangan sehat, surat keterangan bebas narkoba, sertifikat prestasi, kartu pelajar, pas foto, dan masih banyak lagi. Saat aku mendaftar ke universitas sebagai calon mahasiswa, aku tersenyum simpul saja, bahan administratif yang diminta universitas tak jauh berbeda dengan bahan administratif yang diminta oleh SMA-ku dulu. Wow, ini menunjukkan level SMA-ku memang jauh di atas SMA lainnya, kan?
Lalu dilanjutkan dengan tes kesehatan, melihat ada atau tidaknya kecacatan fisik pada diriku. Apakah mata minus, lengan dan kaki bengkok, pernah mengalami cedera tulang, dan lain-lain. Berikutnya menjalani tes smapta, lari 2,4 kilometer dengan waktu tempuh maksimal 12 menit, sit-up, push-up, dan suttle-run. Di kemudian hari, aku baru tahu bahwa tes smapta yang kujalani kala itu adalah adopsi dari tes smapta para taruna akademi militer. Wow, lagi-lagi, aku semakin paham level sekolahkku berada di mana.
Masih ada lagi tes wawancara, kali ini kecerdasan dan wawasan intelektual serta kepribadianku lah yang diperiksa. Hei, tak main-main, di tes langsung oleh kepala sekolah dan para wakil kepala sekolah dan beberapa pamong berkompeten lainnya. Siapa yang tak merasa nervous?
Masih ada lagi tes akademik. Ini tes intelektual tertulis. Lagi-lagi wawasan dan pengetahuanku diuji. Hampir seharian, sangat melelahkan. Tak habis di sana saja. Selanjutnya aku disambut dengan psikotes. Tes psikologis ini tak hanya membaca kemampuan IQ-ku tapi juga kepribadianku secara sederhana.
Lama sekali menjelang pengumuman penerimaannya. Dan inilah masa-masa menegangkan buatku. Aku sangat menginginkan untuk dapat bersekolah di sana. Dan, takdir berpihak padaku. AKU DITERIMA! Dan cerita ini pun memulai bab barunya.
Dimulai dengan sederet angka menarik. 5, 7, 9. Tanggal 5, bulan Juli, tahun 2009. Hari di mana aku pertama menginjakkan kaki di lahan seluas kurang lebih 12 hektar itu sebagai siswa SMA. Hari di mana upacara penyerahan siswa dari orang tua kepada sekolah. Dengan masih mengenakan seragam putih biru, kami orang-orang asing dikumpulkan di ruang auditorium SMA-ku yang sangat besar itu. Maka, inilah awal langkahku.
201 siswa dari seluruh kabupaten dan kota di dalam maupun di luar Provinsi Jambi, berkumpul di satu naungan, sebagai siswa-siswi SMA Titian Teras Jambi Tahun Ajaran 2009-2010.
Bersambung…