Gn. Lawu, 3265 mdpl, 17-19 Oktober 2014

Assalamualaikum.
Wow, lama menghilang, dan kali ini aku mau posting Catatan Perjalananku. Kemana?
Gunung Lawu, 3265 mdpl, Karanganyar, Jawa Tengah-Jawa Timur, 17-19 Oktober 2014, dalam pendakian massal Tapak Lawu yang diadakan oleh Kompas, mapala Jurusan Teknik Mesin Undip.

Here we go...


Perjalanan di mulai dengan berkumpul di GSG (Gedung Serba Guna) Undip pukul 15.00 WIB. Dalam pendakian kali ini aku hanya berdua dengan teman kosku, Ayu, dia newbie, baru pertama kali ini naik gunung. Jujur, aku harap-harap cemas mengajaknya, karna aku sendiri bukan tipe pendaki yang kuat, cenderung lebih sering jadi 'anak bawang' :p
tapi yahh...mari kita coba dan berharap semua baik-baik saja. Ya ngga?


Tapi beruntung, aku bertemu dengan Mba Sari, seniorku di kampus sekaligus di mapala. Dia ikut pendakian massal ini juga, dan yang cukup mengagetkanku, dia bersama kembarannya *akujugabarutaukaloMbaSarikembar :p

Pukul 17.30 WIB kami berangkat menggunakan 3 truk. Suka-duka perjalanan? Hoho...jangan ditanya, aku mengalami pegal-pegal bahkan sebelum mendaki, mau duduk ngga bisa, truk full, kepaksa berdiri dan gantian duduk dengan seorang junior dari Jurusan Teknik Geodesi, Tian. Sungguh perjalanan Tembalang-Karanganyar yang penuh perjuangan.


Pukul 22.30 kami tiba di Pos Pendakian Gn. Lawu Cemoro Kandang. Makan-makan dan perkenalan, lalu tidur. Dan you know kami tidur di mana? Di emperan warung pinggir jalan di seberang Pos Pendakian karena basecamp tidak cukup untuk menampung 120 peserta plus puluhan panitia. Dan...bisa dibayangkan dinginnya kayak apa, nol derajat celsius mennn...
Hanya bermodal SB dan meja-meja warung yang disusun sedemikian rupa untuk jadi tameng angin, kami tidur.

Keesokan paginya, pukul 05.30 WIB Mba Sari bangun pertama, lalu disusul aku pukul 06.00 WIB, dan Mba Tiwi pukul 06.15 WIB, lalu terakhir Ayu pukul 06.30 WIB. Setelah cuci muka, gosok gigi dan sarapan ala kadarnya dengan roti, panitia mengumpulkan kami untuk senam dan briefing sejenak, sekaligus pembagian kelompok pendakian. Aku masuk dalam kelompok 3
Leader: Mas Bagong (Kompas 9, '11)
Team:
Mas Elga (Mesin Undip '11)
Ayu (Psikologi Undip '12)
Mas Fajar (Mesin Undip '11)
Mas Cang (Mesin Undip '11)
Mas Imam (Mesin Undip '11)
Mas Emon (Mesin Undip '11)
Mba Sari (Psikologi Undip '11)
Mba Tiwi (BK UNY '11)
Tian (Geodesi Undip '13)
Daud (Geodesi Undip '13)
Mas Farid (Mesin Undip '11)
Mba Iga (Ekonomi Undip '11)
Mas Andri (Mesin Undip '11)
Mas Gapot (Mesin Undip '11)
Mba Astri (Mesin Undip '11)
Swiper: Mas Sempal (Kompas 9, '11)

Dan bagaimana pendakian kelompok kami berlangsung? Mas Cang memprovokatori kalo yel-yel dan jargon kelompok kami adalah "Break, break, break" maka seperti yang dapat diduga, aku dengan asmaku selalu KO di jalur awal pendakian apapun, dari basecamp hingga Pos Bayangan Mas Bagong membawa carrier-ku. Perjalanan kami pun diwarnai dengan sangat amat banyak sekali break yang disebabkan aku, Ayu, Tian, dan Mba Astri. Haha :p

Tiba di Pos Bayangan pukul 12.10 WIB, kami makan siang, lagi-lagi ala kadarnya, dengan mie instan yang dikeroyok rame-rame. Dari Pos Bayangan hingga pos terakhir aku membawa carrierku sendiri, hebat ya ;)

Oya, mulai dari basecamp kami menemukan banyak sekali 'ranjau' alias kotoran hewan, tapi kami tidak tau itu kotoran hewan apa, nah...selama perjalanan setelah Pos Bayangan inilah kami menemukan jawabannya. Kuda, kawan! Itu kotoran kuda. Kuda yang mengangkut barang ataupun pendaki ke puncak, dengan tarif 4 juta rupiah!

Pukul 14.15 WIB kami tiba di Pos 3, setelah sholat dzuhur dan ashar yang di-jamak dan istirahat, pukul 15.45 WIB kami melanjutkan perjalanan. Aku sudah membawa carrier-ku sendiri tanpa meminta bantuan atau mengeluh :p
Pukul 18.10 WIB kami tiba di Pos 4, di sini maag Ayu kambuh, ia mengeluh perutnya sakit sekali dan pusing. Aku cemas, segera kubuatkan air hangat untuknya. Di pos ini kami mendirikan sholat magrib dan isya. Ada kejadian diluar dugaan, Dompeng, caang (calon anggota) Kompas Angkatan 11, anak 2013 mengalami kelelahan dan vertigo parah hingga nyaris tidak sadarkan diri tidak jauh dari pos 4, maka semua sesepuh dan anggota Kompas di panggil untuk evakuasi, termasuk leader kelompok kami, Mas Bagong. Maka leader kelompok kami diambil alih oleh Mas Demo yang juga anggota Kompas. Kami melanjutkan perjalanan pukul 18.40 WIB. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan sesepuh dan anngota Kompas yang sedang menunggu bantuan tambahan dari anggota Kompas lain yang sudah sampai di pos terakhir. Di sini kami melihat Dompeng tertidur dalam SB dengan keadaan yang menyedihkan. Jujur aku ketakutan dan juga cemas, penampakan pemandangan ini seperti evakuasi mayat saja. Kami terus melanjutkan perjalanan. Tapi, ngga jauh setelah pertemuan kami dengan Dompeng, Tian mengalami hipotermia, begitu juga Mba Astri, maka kelompok kami dipecah menjadi dua, kelompok depan dengan Mas Demo dari Kompas, aku, Tian, Ayu, Mba Tiwi, Mba Sari, Mas Fajar, dan Mas Cang. Kelompok belakang dengan Mas Sempal dari Kompas, Mba Astri, Mba Iga, Mas Farid, Mas Imam, Mas Emon, Mas Gapot, Mas Andri, Daud dan Mas Elga. Di kelompok depan, aku 'menyeret' Tian agar tetap membuka mata dan terus berjalan, karena hipotermianya masih belum parah, dan untuk mempertahankan suhu badan dan kesadarannya. Sedang di kelompok belakang, Mba Astri digendong Mas Sempal.

Pukul 20.00 WIB kelompok depan tiba di warung Mbok Yem, pos terakhir sebelum puncak via Cemoro Kandang. Lho kok ada warung di atas gunung? Nah itu dia istimewanya Gunung Lawu, kalian tetep bisa makan dan minum layaknya di warteg-warteg di ketinggian 3200 mpdl, cuma ya...harganya lumayan mahal :p

Setelah makan dan minum air hangat, kami beranjak tidur berdesak-desakan dengan seratus peserta lainnya yang sudah tiba lebih dulu. Hehe...for your information aja, kelompok kami menjadi kelompok terakhir yang tiba di Pos 5 ini :p

Pukul 03.00 WIB dini hari aku terbangun, beberapa peserta lainnya pun sudah bangun dan sedang bersiap untuk summit attack ke puncak. Tapi setelah mengetahui bahwa estimasi Pos 5 ke puncak hanya 30 menit, aku memutuskan tidur lagi :p
Pukul 04.30 WIB barulah kami bangun, setelah menyiapkan perbekalan menuju puncak, pukul 05.00 WIB kami berangkat. Aku, Tian, Ayu, Mba Sari dan Mba Tiwi. Tian dan aku tiba di puncak lebih dulu, Ayu, Mba Sari dan Mba Tiwi tiba belakangan, karna perjalanan mereka terhambat akibat maag Ayu yang masih terasa sakit.

Dan, di sinilah aku berdiri, di ketinggian 3265 meter di atas permukaan laut, di puncak salah satu gunung yang keramat di Jawa Tengah, Gunung Lawu.

Kami tidak lama di puncak, setelah foto-foto dan menikmati sunrise sesaat, kami memutuskan untu segera turun kembali ke Pos 5, karena kabut semakin tebal, angin semakin kencang, dan dingin yang semakin mencekam. Tiba di Pos 5 kami masak dan sarapan, maag Ayu sedikit membaik. Kami tidur-tiduran menghangatkan tubuh menunggu waktu untuk turun. Ceritanya...pendakian massal ini sekaligus sebagai moment pengukuhan calon anggota baru Kompas, maka selagi kami menunggu, para sesepuh dan anggota Kompah naik ke puncak, dan mengadakan upacara pengukuhan ini.

Tidak sanggup dengan suhu yang semakin dingin akibat kabut yang semakin tebal, kami memutuskan untuk turun lebih dulu dari waktu yang dijadwalkan panitia. Setelah memberitahu panitia, maka kami kelompok 3 segera beranjak turun. Lagi-lagi kelompok kami terpecah menjadi dua. Kelompom depan yang terdiri dari aku, Mas Bagong, Ayu, Tian, Mba Sari, Mba Tiwi, Mas Fajar, Mas Cang, Mas Imam, dan Daud. Sedangkan kelompok belakang terdiri dari Mas Sempal, Mba Astri, Mas Gapot, Mas Andri, Mas Emon, dan Mas Elga.

Sepanjang perjalanan turun ini, kami semakin akrab. Ada saja yang kami tertawakan. Hingga tiba di Pos 3, kami berpisah dengan Mas Bagong yang memutuskan turun duluan. Sebelum Pos 1, kami bertemu dengan ibu-ibu yang membawa bakul dan menjual nasi, maka kami berhenti menunggu Ayu dan Tian yang makan. Mengingat kondisi mereka yang lemah sebelumnya. Dari sini, kami sudah mulai melelahan. Kami melanjutkan perjalanan hanya dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada. Begitu tiba di gerbang Pos Pendakian Cemoro Sewu, serentak mata kami terang seperti melihat secercah cahaya kehidupan :p

Setelah membeli beberapa cinderamata dan jajanan yang tidak ditemukan di atas gunung, kami kembali menuju Pos Pendakian Cemoro Kandang yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari Pos Pendakian Semoro Sewu. Aku memutuskan untuk mandi dengan air gunung yang dingin untuk melemaskan otot. Setelah makan, bercanda, dan mengundi door prize, kami berangkat pulang. Sayangnya, kami mengalami musibah di Boyolali, kami ditilang Polisi karena ternyata panitia tidak membawa surat izin jalan dari kepolisian daerah Tembalang, Semarang, panitia sempat panik karena dijerat dengan alasan membawa penumpang dalam kendaraan bak terbuka yang diperuntukkan untuk barang. Pukul 23.30 WIB kami tiba kembali di Tembalang.