Cangkir Rindu; Kopi Hitam Pertama

Hai  Tuan yang akhir-akhir ini mengusik hatiku. Sungguh hati ini berdebar untuk wajahmu, matamu, suaramu, candamu, dirimu. Lalu angin malam yang menampar setiap tatapanku padamu sadarkan aku. Tak mungkin. Tak boleh. Bukankah kita berkata takkan ada cinta? Lalu, bagaimana ketika ada rasa yang muncul di kemudian hari, apa yang akan terjadi? Aku terlalu takut membayangkannya. Jauh darimu, itu menyulitkanku. Maka biarkan aku mengabaikan rasa ini.

Teruntuk dia dan jaket kulitnya. Hai...maafkan aku jika ini memuakkan. Tenang...rasa ini hanya akan menghiasi coretan-coretanku, takkan pernah kukatakan, takkan pernah kuungkapkan, takkan aku mengganggumu. Anggap saja aku tak ada, seperti biasanya kau menganggap kehadiranku. ~Adaraga