Marah tapi tidak marah; mungkin Anda sedang melakukan defends mechanism
Nah, jadi beberapa bulan lalu aku baca buku Abnormal Psychology untuk keperluan lomba. Pas baca-baca inilah aku nemu ide buat tulisan ini. Ada kalimat di bukunya,
"Jika seorang kekasih menghambur keluar dalam keadaan marah namun lupa membawa payungnya, mungkin ia secara tidak sadar menciptakan alasan untuk kembali"
Kalimat ini ada di Bab Perspektif Kontemporer tentang Perilaku Abnormal dalam buku Abnormal Psychology J. S. Nevid tahun 2005. Tepatnya dalam sub bahasan mengenai defends mechanism atau mekanisme pertahanan diri dalam perspektif psikoanalisis Freud. Aku udah pernah cerita tentang Freud belum? Belum ya? Oke, kapan-kapan aku ceritain, di sini aku cerita singkat aja ya.
Jadi, Freud ini adalah salah satu tokoh pelopor psikologi. Teorinya banyak dijadikan dasar untuk mengembangkan teori-teori psikologi hingga saat ini. Yang khas dari Freud adalah pemikirannya mengenai tiga struktur dasar kepribadian manusia, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah naluri 'binatang' yang ada di manusia. Naluri inilah yang mengendalikan keinginan dan hasrat manusia akan lapar, haus, kenyang, seks, berkuasa, dll. Prinsip id adalah pleasure atau kesenangan. Ego adalah hakim agung. Ego adalah eksekutor yang menentukan keinginan atau hasrat siapa yang harus didahulukan, id atau superego, atau malah mencarikan solusi lain untuk konflik keinginan dan hasrat id dan superego yang bertentangan. Superego adalah malaikat putih yang dipenuhi dengan norma dan nilai-nilai kebaikan, kepantasan, kepatutan, dan sebagainya.
Freud yakin bahwa sepanjang hidupnya manusia selalu mengalami konflik id, ego, dan superego. Misalnya ketika manusia lapar namun sedang dalam kelas kuliah. Id merengek lapar dan menuntut segera dipuaskan dengan makan, tapi superego bersikeras bahwa kelas kuliah belum selesai dan tidak sopan untuk keluar kelas ditengah kuliah atau makan di dalam kelas. Jadilah ego menengahi dengan menenangkan id dan superego bahwa kelas kuliah sebentar lagi akan selesai sehingga hanya perlu menunggu sedikit lagi untuk keluar kelas pada waktunya dan makan.
Sampe sini paham kan?
Nah, karna konflik yang terus menerus ini, kadang ego tidak bisa menengahi id dan superego, sehingga ego harus melakukan mekanisme pertahanan. Kenapa? Karna jika salah satu dari mereka dibiarkan dominan, manusia tidak akan seimbang. Jika id mendominasi, manusia akan menjadi individu yang keras kepala bahkan dapat menjadi kriminal pada kemungkinan terburuknya. Pun jika superego mendominasi, manusia akan menjadi individu yang super kaku dan tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan yang fleksibel dan mobile.
Mekanisme pertahanan Freud ada beberapa, di antaranya adalah represi, regresi, rasionalisasi, displacement, proyeksi, reaksi formasi, penyangkalan, dan sublimasi.
Aku ngga bakal jelasin satu-satu di post kali ini, mungkin di post lainnya ya ;)
Kita balik lagi ke kalimat di awal tadi.
Sering kan ya, kita marah sama seseorang, marah banget nih, tapi kemudian kita ngerasa masih ada hal yang perlu diomongin, ngerasa bahwa masalahnya belum selesai, dsb. Nah, kalo sering ato pernah. Coba deh berpikir lagi, merenung lagi. Bener ngga sih kita marah sama orang itu? Atau marah kita itu hanya ekspresi dari sebuah masalah lain yang lebih berat dan besar yang udah lama kita repres, proyeksi, ato sublimasi-kan? Kalo iya, coba inget-inget lagi, apa masalahnya, sama siapa masalahnya. Kalo udah ketemu, baru deh coba diomongin baik-baik. Kan ngga enak ya kalo kita mengekspresikan sesuatu bukan pada orang yang tepat, bukan pada tempat yang benar? Apalagiiii kalo hal ini sering terjadi. Kita sering bertengkar dengan orang-orang terdekat kita bahkan karena hal-hal sepele. Apa bener orang-orang terdekat kita semenyebalkan itu? Ato ada masalah lain?
Teori Freud meyakini bahwa dibalik sebuah permasalahan saat ini, ada sebuah akar masalah di masa lalu yang kadang justru tidak berhubungan sama sekali, atau tidak berhubungan secara langsung dengan masalah saat ini. Makanya seringkali masalah saat ini seakan tidak ada penyelesaiannya, karena memang bukan itu penyelesaiannya.
So, simpelnya, kalo ada masalah apapun, terutama dengan orang-orang terdekat, dengan orang-orang tercinta, tersayang, coba introspeksi dulu. Merenung lagi. Benarkah? Tepatkah? Haruskah?
Jangan sampe, masalah kita yang tidak terdeteksi itu menyebabkan kita menyakiti orang-orang terkasih yang mungkin saja akan membuat kita kehilangan mereka.
Ato, ngga bisa introspeksi sendiri? Sini...cerita sama aku, aku bakal coba bantu semampuku. Hehe...
Nah, that'a all. Thanks for reading. See you in the next post :D