Nikah tuh butuh ilmu!
Nikah tuh butuh ilmu!
Yup! Definitely. 100% agree.
Why?
Why?
Lho, rukun nikah kan cuma 5? Calon pengantin laki-laki, calon pengantin perempuan, wali, dua orang saksi, ijab qobul.
Iya bener.
Iya bener.
Tapi trus apa nikah cuma sebatas ijab qobul ➡ sah ➡ trus udah?
Ngga kan?
Ngga kan?
Ada fase hidup baru yang harus dijalani.
Sama kayak bayi bisa jalan karna belajar. Bayi bisa ngomong karna belajar. Anak kecil bisa ngendarai sepeda karna belajar. Siswa bisa juara olimpiade karna belajar. Dokter bisa nyembuhin pasien apalagi...belajar nyaris 10 tahun euy!
Setiap manusia harus belajar untuk melalui suatu fase kehidupan.
Learning by doing?
Lu mau nikah berapa kali? Simply yet sarcastic.
Lu mau nikah berapa kali? Simply yet sarcastic.
Beda dengan tugas-tugas perkembangan lain. Marriage tuh punya banyak banget bukunya sendiri. Terpisah dari rentetan tugas-tugas perkembangan lain. Kenapa? Karna emang pembahasannya yang banyak, luas, beragam, dan krusial. Itu dalam psikologi.
Sama halnya, dalam Islam pun, nikah benar-benar dibahas panjang lebar. Dari mana? Bukan dari ijab qobul. Tapi sejak dari rasa suka itu ada. Bagaimana mengungkapkan rasa itu dengan benar? Bagaimana mengelola rasa itu jika belum mampu mengungkapkan? Bagaimana mempersiapkan diri physically, mentality, dan secara agama untuk menikah? Bagaimana kehidupan setelah menikah? Bagaimana adab ijab qobul yang benar? Bagaimana adab malam pertama yang benar? Bagaimana adab pada suami? Bagaimana adab pada istri? Bagaimana adab pada mertua? Bagaimana adab pada ipar laki-laki? Bagaimana adab pada ipar perempuan? Apa hak dan kewajiban suami? Apa hak dan kewajiban istri? Apa hak dan kewajiban anak? Bagaimana adab ketika hamil? Bagaimana adab ketika melahirkan? Bagaimana cara mengasuh anak? Bagaimana adab talak? Dan sebagainya..dan sebagainya..
Hingga sedetail itulah Islam menjelaskan pernikahan. Bukan hanya karna menyangkut dua insan. Namun menyangkut dua keluarga dan cikal bakal generasi penerus. Menyangkut calon jiwa baru yang akan hadir menjadi khalifah bumi. Maka pernyataan dosen psikologi sosialku saat semester empat dulu benar lah adanya, bahwa "Keberhasilan mengasuh anak tidak dimulai dari ketika anak dilahirkan, tapi dimulai sejak memilih suami atau istri."
Nikah ngga cuma sekadar sholat bareng, masakin suami atau istri, ke mana-mana bareng, mesra-mesra. Bukan!
Nikah lebih sakral dari itu. Siapkah kita menerima pasangan apa adanya? Siapkah kita tumbuh dan berkembang bersama pasangan? Siapkah kita mendukung pasangan? Siapkah kita menjaga aib pasangan? Siapkah kita menjaga perasaan pasangan? Siapkah kita memenuhi hati dan memori hanya dengan satu nama cinta? Siapkah kita bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pasangan dan anak-anak? Siapkah kita membagi 24 jam dalam sehari untuk diri dan mereka yang kau tasbihkan sebagai separuhmu lagi? Siapkah kita berkorban untuk mereka? Jika kau laki-laki, siapkah kau memprioritaskan ibumu di atas perempuan yang kau bagi rusukmu untuknya? Jika kau perempuan, siapkah kau memprioritaskan mertua di atas orang tuamu sendiri? Siapkah kau kekurangan jam tidur demi mendiamkan tangis bayimu? Siapkah kau untuk semua, tak hanya dongeng indah, namun juga skenario melelahkan dari frase kehidupan pernikahan?
Nikah lebih sakral dari itu. Siapkah kita menerima pasangan apa adanya? Siapkah kita tumbuh dan berkembang bersama pasangan? Siapkah kita mendukung pasangan? Siapkah kita menjaga aib pasangan? Siapkah kita menjaga perasaan pasangan? Siapkah kita memenuhi hati dan memori hanya dengan satu nama cinta? Siapkah kita bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pasangan dan anak-anak? Siapkah kita membagi 24 jam dalam sehari untuk diri dan mereka yang kau tasbihkan sebagai separuhmu lagi? Siapkah kita berkorban untuk mereka? Jika kau laki-laki, siapkah kau memprioritaskan ibumu di atas perempuan yang kau bagi rusukmu untuknya? Jika kau perempuan, siapkah kau memprioritaskan mertua di atas orang tuamu sendiri? Siapkah kau kekurangan jam tidur demi mendiamkan tangis bayimu? Siapkah kau untuk semua, tak hanya dongeng indah, namun juga skenario melelahkan dari frase kehidupan pernikahan?
Jadiii... message nya adalah...buat teman-teman yang masih sering nyeletuk, "Udah ah, cape, mau nikah aja." Coba introspeksi lagi, sudah siapkah ilmunya?
Halah...sok bijak, sok alim (?)
Whatever others told you, you'll starting a new phase of life, don't be regret it.