The journey has come to an end; Now I am a PSYCHOLOGIST!

How to start this story? 


.

.

.

Luar biasa.

Mungkin itu kata-kata yang akan kugunakan dalam menggambarkan perjalanan ini. Siapa sangka, Belanda berubah jadi Jakarta (Depok, lebih tepatnya) karena cinta? 

Beruntungnya aku menjadi bagian Prodik 18, kecepatan atau telat satu tahun aja, aku ngga akan ketemu dengan teman-teman, kakak-kakak, adik-adik yang keren, smart, kritis, dan inspiratif seperti yang kumiliki saat ini.

Semuanya berjalan dengan lancar (?) eemm... ngga ding. Dinamika perjalanan yang naik turunlah yang membuatku terus bersyukur setiap kali berefleksi melihat what have I gone through.

Lulus dari Undip setelah studi sarjana selama empat tahun, dengan indeks prestasi kumulatif yang hanya kurang nol koma sekian doang untuk jadi 4.00. Aku percaya diri dengan kemampuan akademikku. Well... kenyataan menghempasku, semester pertama di UI menjadi waktu yang cukup berat. Aku cukup kesulitan beradaptasi dengan lingkungan Depok dan Jakarta yang masyaallah padat dan ramai banget. Selain itu, aku cukup terseok-seok mengikuti ritme belajar yang sangat cepat dan daya saing yang jauuuh... lebih tinggi dibanding ketika di Undip dulu.

Setelah ujian tengah semester dan menerima hasil di bawah ekspektasiku, padahal aku udah belajar dan mempersiapkan ujian tersebut dengan sungguh-sungguh. Aku pun sadar, gaya belajarku di Undip dan sekolah-sekolah jenjang sebelumnya ternyata ngga efektif lagi untuk aku gunakan. 

Alhasil, aku mulai mengevaluasi gaya belajarku, menyusun time table dan skala prioritas. Aku mencoba memasukkan habit baru ke dalam daily routine-ku untuk menunjang performa akademikku. 

Aku semakin sering dan semakin deep mereview pelajaran di kelas sebelumnya dan mencoba menelaah fenomena di Indonesia, di drama korea, di berita terkini dari seluruh dunia, dari buku fiksi yang aku baca, dari keseharian yang aku jalani based on theory psikologi yang udah aku pelajari. Guess what? Aku bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan akademik dan ritme belajar yang ada di UI tepat beberapa saat setelah ujian tengah semester 1.

Dari sini, perjalanan pun mulai terasa menyenangkan. Psikologi menjadi bagian tak terpisahkan dari diri dan kehidupanku.

Lalu, di sini pula aku mulai mengenal lebih jauh teman-teman di Maprodik 2018. Aku menyadari betapa luar biasanya mereka, dan beruntungnya aku memiliki teman seperti mereka. Aku sudah siapkan post khusus untuk bercerita tentang mereka. Karena terlalu panjang kalau digabung di sini. Dan...mereka terlalu istimewa untukku, sehingga sebuah post khusus sudah selayaknya lah dipersembahkan untuk mereka.

Okay, kembali pada cerita perjalanan ini.

Wallahu'alam, pandemi Covid-19 yang sudah menyebar di China sejak akhir 2019, akhirnya menemukan jalannya hingga ke Indonesia. UI mengeluarkan himbauan pergantian bentuk kuliah yang semula tatap muka menjadi kuliah daring tertanggal 16 Maret 2020. Awalnya hanya untuk dua minggu saja. Siapa sangka bahwa pandemi berlangsung sepanjang tahun 2020 hingga kini 2021.

Syukurnya, Maret itu penanganan kasus individual sudah selesai. Aku hanya perlu menyelesaikan bimbingan surat keluar kasus individual terakhir, dalam hal ini adalah kasus perguruan tinggi. Dan alhamdulillah, bimbingan bisa dilakukan secara daring. 

Yang cukup dilematis adalah pelaksanaan kasus sistemik dan kasus kelompok. Kasus ini bentuknya adalah kerja praktik magang di sekolah selama dua sampai tiga bulan. Akan tetapi, karena pandemi, sekolah melakukan pembelajaran jarak jauh. Semua pihak sedang beradaptasi dengan sistem pendidikan dan cara belajar daring yang baru dan asing ini. Alhasil, kasus sistemik dan kasus kelompok kami ditunda hingga semester 5. Sementara sisa waktu semester 4 dari April hingga Agustus itu kami diminta untuk mengerjakan dan menyelesaikan tesis yang harusnya dilakukan di semester 5.

Aku mengangkat topik mengenai intervensi pada remaja dengan disabilitas intelektual sedang. Pelaksanaan intervensi yang penuh kejutan karena dilakukan secara daring, suka dan dukanya, menjadi sebuah pengalaman berharga untukku. Bimbingan tesis yang berlangsung sejak April 2020 hingga Januari 2021. Entah berapa kali revisi, berapa kali mengalami turbulensi emosi, motivasi yang naik turun, daya juang yang memuncak dan melembah dengan ekstrim, nangis diam-diam karena ngerasa kok ngga selesai-selesai, bimbingan dengan dosen yang masyaallah baiknyaaa.... ngumpul dan curhat bareng teman-teman Prodik 18 secara daring, main game daring, coba-coba jadi pembicara webinar, dan segalaaaa macam pengalaman new normal yang luar biasa berkesan.

Minggu ketiga November 2020 baru diumumkan bahwa jadwal seminar tesis paling lambat 4 Desember 2020. Dimulailah adegan kejar-kejaran dengan deadline seminar tesis, revisi, deadline ujian tesis, revisi, deadline perbaikan, deadline ujian internal, deadline yudisium, deadline ujian Himpsi, deadline perbaikan. Huwaaah...kalau menengok ke belakang, masih ngga percaya sih bisa ngelewatin itu semua.

Jadi yang pertama di angkatan 2018 untuk seminar tesis, urutan keempat di angkatan yang ujian tesis, dan kembali jadi yang pertama di ujian internal dan ujian Himpsi. Sesuatu banget. Kalau kata teman-teman, drive-ku "Hurry Up", jadi memang tepat kalau jadi yang awal, hehe...

I'm proud of myself.

Sekarang rehat sejenak sambil menunggu surat dan nomor izin praktik psikolog keluar. Now, I'm (un)officially, Dara Suci Amini, M. Psi., Psikolog.

Alhamdulillah.

.

.

.

What's next?