Rezeki yang selalu kusyukuri, Maprodik '18

Rezeki ngga hanya sebatas uang atau benda-benda yang bisa dinilai dengan nominal. Ada rezeki kesehatan, kebahagiaan, dan... teman.

Pepatah lama pernah mengatakan, jika kau berteman dengan seorang pandai besi, bagaimana pun bau asap tak sedap akan melekat di tubuh dan di pakaianmu, namun jika kau berteman dengan seorang penjual parfum, wangi harumnya pun akan ikut menempel di tubuh dan pakaianmu.

Semoga tak hanya aku yang terciprat wangi harum dari mereka. Semoga mereka pun mendapatkan setitik manfaat dari berteman denganku. Aamiin...

Tiga belas orang yang ingin selalu kusebut temanku dengan bangga. Tiga belas orang yang mungkin hanya saling membersamai dalam waktu singkat, namun sangat melekat dalam ingatanku. Tiga belas orang yang untuknya kupersembahkan tulisan ini.



Kak Nung. Kakak tertua dengan dua anaknya yang lucu dan cerdas. Dia salah satu yang 'menamparku' dengan sangat keras di masa-masa adaptasiku di UI. Bayangkan, ibu beranak dua ini seringkali pulang belakangan karena berusaha memastikan bahwa tugas-tugas kuliah sudah selesai di kampus. Ini dilakukannya karena ia sulit bekerja di rumah, dan memang ingin menjadikan rumah sebagai tempat bercengkrama dengan anak dan suaminya. Walau demikian, kadang masih saja ada tugas yang harus diselesaikannya di rumah, dan... dia akan tidur lebih dahulu dengan anak-anaknya beberapa jam, lalu bangun kembali di tengah malam untuk mengerjakan tugas hingga pagi. Jadi, ngga heran kalau dark circle kakak satu ini makin menjadi-jadi selama studi. Tapi sungguh, semangat belajarnya, dedikasinya sebagai mahasiswa, ibu, dan istri, sangat... sangat... kukagumi.

Kak Lukman. Satu-satunya laki dari 14 mahasiswa Maprodik 2018. Ketua angkatan yang terpilih karena tuntutan gender, wkwk... engga ding. Dia salah satu orang dengan kemampuan public speaking yang kukagumi. Bahkan profesor-profesor yang terkenal untouchable aja luluh sama dia. Darinya aku yakin bahwa laki-laki dapat menjadi 'laki-laki' tanpa perlu meninggalkan sisi 'wanita'nya. Karena itulah kromosom mereka XY. Bukan untuk membagi mereka dalam dua kelompok ekstrim; laki dan (maaf) banci, tapi untuk membuat mereka menjadi pemimpin untuk kaum mereka dan kaum wanita. Karena pada dasarnya mereka memiliki pemahaman tentang keduanya.

Kak Eky. Hm... gimana ya aku menjelaskannya? Dia mentor keputrian Maprodik 2018. Seksi sibuk dan racunable. Kakak yang hayuuuh aja diajakin nongkrong, makan, nonton. Kakak yang gampang banget diracunin Kpop dan Kdrama. Kakak yang ngga bisa apa-apa tanpa pak suami. Kakak yang kerudungnya selalu bikin aku amazed (kok bisa rapi banget gitu 24 jam). Kakak yang bisa jadi teman main asik, bisa jadi mentor wise, bisa jadi teman diskusi kritis, bisa jadi kakak yang mengayomi. Kakak yang super fleksibel, bisa jadi apapun sesuai kebutuhan. Bukan karena ia tak berprinsip, karena sesungguhnya prinsipnya sangat kuat. Akan tetapi, kemampuannya yang luar biasalah yang membuatnya bisa dengan mudah beradaptasi.

Kak Li. Bendahara merangkap seluruh seksi yang ada di struktur organisasi. Pokoknya pejabat kelas Maprodik 2018 itu cuma Kak Lukman sebagai ketua, posisi lainnya diisi oleh Kak Lia. Habisnyaaa... serba bisa sih. Selalu terdepan. Kelas butuh apaaa... aja, bahkan sebelum merasa butuh, sudah ada di kelas. Rapi luar biasa. Kadang dia juga yang men-trigger sisi perfeksionis dan kecenderungan OC-ku. Kayak, Kak Lia serapi itu, aku bisa lebih rapi. Wkwk... persaingan yang tidak perlu ðŸĪŠ Kakak yang mengajarkanku bahwa berpikir dan bersikap tenang adalah sebuah modalitas yang luar biasa.

Kak Shof. Miss simple. Apapun itu, bisa dibuat lebih sederhana oleh kakak satu itu. Sumber informasi untuk berbagai shortcut. Kepribadiannya bertolak belakang denganku, dia pengguna otak kiri sepenuhnya, semuanya pakai logika. Sementara aku lebih banyak menggunakan 'hati', jadi kadang ya...aku ngga ngerti pikiran dia, dia ngga ngerti pikiran aku. Tapi satu kesamaan kami adalah sama-sama suka yang praktis. Kalau bisa dipermudah, ngapain dipersulit? Oh! Satu kesamaan kami yang lain adalah anak administratif, tapi karena ngga serajin Kak Lia, jadi administrasi kami hanya untuk diri sendiri ðŸĪŠ 

Kak Dit. Public speaker terbaik. Itu kesan pertamaku tentang dia. Kakak yang mengajarkanku untuk nyaman menjadi diri sendiri, untuk nyaman dengan style sendiri. Dia juga yang mencontohkanku bagaimana menjadi pribadi yang optimis, bukan over-confident, tapi meyakini kemampuan diri setelah mempertimbangkan segala kemungkinan. Kakak yang paling sering bekerja sama denganku dalam berbagai proyek, baik dalam hal kuliah maupun di luar kuliah. Kakak yang kini menjadi rekanan. Miss Pantura yang ngga bisa ngga joget kalau dengar dangdut.

Kak Dom. Kakak yang mengajarkanku bahwa kita punya cara masing-masing. Kemampuan dan cara pandang kita berbeda, tidak harus saling menyamakan, tidak harus saling membenarkan atau menyalahkan, hanya perlu saling memahami dan menerima. Selalu bersyukur akan hidup dan apa-apa yang dimiliki. Selalu jadi diri sendiri. Dia yang mengajarkan untuk 'lakukan yang kamu sukai dan membuatmu bahagia, karena pada akhirnya prioritas paling utama adalah dirimu sendiri'. Darinya pula aku belajar bahwa kita memegang kontrol penuh dalam hidup kita, maka jalanilah hidup terbaik menurut versi kita. Makasih kak.

Kak Win. Perpustakaan berjalan. Pembelajar terhebat. Aku kadang bertanya-tanya bagaimana dia bisa membaca buku-buku psikologi setebal-tebal itu dan paper penelitian sebanyak itu, sekaligus menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang seabrek pula. Selain menularkan semangat bacanya, dia juga yang mengajarkanku bahwa kualitas hubungan sosial itu ngga hanya sebatas kuantitas temu fisik. Tapi kelekatan emosional, rasa percaya, dan belonging kita pada orang dan hubungan itu sendiri. Tidak pernah kumpul bareng bukan berarti tidak berteman, atau tidak akrab. Saling memahami karakter satu sama lain justru menjadi hal yang menambah kedekatan. 

Ade. Teman sebaya yang berkali-kali mengingatkanku bahwa inti dari semua perjalanan ini adalah Allah. Bahwa aku belajar adalah untuk memenuhi perintah-Nya untuk menjadi khalifah yang cerdas, bertanggung jawab, dan menjaga bumi. Darinya aku belajar hakikat membantu dengan ikhlas. Darinya aku belajar bahwa perjalanan yang dinikmati takkan terasa berat dan sulit, karena itu tadi, kita menikmatinya. Bayangin aja, bolak-balik Depok-Bintaro dengan KRL demi tugas kuliah, dan masih bisa senyum dengan riangnya.

Felin. Satu lagi teman seangkatan. Bu Polisi yang mengajarkanku betapa indah hidup bertoleransi. Dia yang sering ngingatin kita-kita salat, dan tetap taat mengikuti ibadah Minggu. Miss Pantura 2. Miss bicara formal. Semua Prodik jadi mencontohnya, "Izin Bu", "Berkenan Bu", hahaha... Miss heboh dan serba bisa. Jago make-up, pintar masak, rajin olahraga, sayang aja belum ada jodohnya 😏 semoga segera dipertemukan ya buuu...

Nana. Si cantik yang mau kayak gimana pun pakaiannya, gimana pun dandanannya, apapun tingkahnya, kapan pun itu, di lihat dari depan, belakang, kiri, kanan, atas, bawah, tetap aja cantik. Jasa titip favorit tiap kali makan siang. Abisnya super baik sih, jadi suka rela aja beli dan bawain makan siang anak-anak Prodik yang mager jalan ke kantin (termasuk aku 😅). Observer andal. Jarang ngomong, tapi omongannya selalu ditungguin karena super wise, terlepas dari kenyataan dia salah satu line maknae-nya Prodik.

Nisa. Si kecil. Itu julukanku untuknya. Bukan karena dia yang paling muda, karena dia kedua termuda. Tapi karena selain badannya kecil, ini anak benar-benar kayak adik kecil yang mauuu... aja diajak ke mana pun. Yang selalu ngikut dan pengen tahu obrolan kakak-kakaknya sekali pun itu obrolan emak-emak. Member tetap kelas keputriannya Prodik. Si adik yang kritis. Yang enak diajak diskusi, yang kelihatan selow padahal mah job list-nya bisa berentetan, dan dia selalu bisa menyelesaikannya. Si kecil yang benar-benar menggemaskan.

Hanan. The real maknae. Teman sekos yang sering galau. Puitis, suka banget baca, apapun itu (sampai bikin aku insecure, ngerasa bacaanku masih kurang banyak), pekerja keras, dan...lawak parah. Mungkin karena cerobohnya kali ya? Prodik sering banget ketawa karena kelakuan ini anak, bayangin aja, Prodik lembur di kampus sampai jam 10 malam, sampai diusir satpan disuruh pulang, eh...dia bisa lupa dan malah pakai sandal mushola untuk pulang, dan baru sadar setelah disadarkan orang lain. Abis itu, beberapa hari pula lupa bawa sandalnya untuk dibalikin ke mushola. 

Oh! Harusnya sih kami berlima belas. Ada Kak Jen. Tadinya teman sesama pejuang LDM. Tapi cuma satu semester doang, doi terpaksa melepas studinya karena diboyong pak suami yang dapat rezeki pekerjaan di UK. Tapi kehadirannya masih saja terasa karena memang sejak awal Prodik '18 adalah 15 orang, dan sampai akhir pun akan tetap 15 orang. Tak terhalang perbedaan waktu dan benua, kakak satu ini masih sering gabung tongkrongan dan masih suka memantau Google Drive Prodik '18, karena doi-lah si empunya.


Aku bersyukur dapat mengenal mereka. Mungkin perkuliahan sudah takkan mempertemukan kita lagi, namun semoga akan ada banyak kesempatan lain yang dapat mempertemukan kita dan menjadi wadah karya kita. Aamiin...

Bahagia dan sehat selalu kakak-kakak, teman-teman, dan adik-adik...

I don't know how to express it well, but I love and miss you so much all 😘💜