Overuse term of "hyperactivity" or "ADHD" to label children

Aku senang banget banyak orang yang mulai aware mengenai mental health, dsb. saat ini. Semacam tren positif yang patut disyukuri, BUT... juga mengkhawatirkan.

Why?

Jadi gini, sebagai psikolog, aku sering banget bertemu orang tua dan guru yang mengeluhkan anaknya hiperaktif atau ADHD. Pun aku juga sebal dengan fenomena yang gampang banget mengeluarkan diagnosis ADHD.

Definisi ADHD adalah gangguan neuropsikiatri yang muncul pada masa kanak-kanak, ditandai dengan kurangnya perhatian, hiperaktif, dan impulsif yang persisten dan merusak. Gejala ADHD ini sering bertahan hingga dewasa. 

KEYWORD-nya adalah neuropsikiatri. Artinya... ada masalah dengan struktur otak si anak. Kasarnya gini, anak dengan diagnosis ADHD ini benar-benar ngga bisa diam kecuali tidur. Otak mereka tuh kayak ter-setting selalu on, gampang banget terdistraksi, cara berpikirnya sering lompat-lompat. Kalau mereka mencoba diam, ada dorongan atau impuls dari otak dan tubuhnya untuk bergerak, so... pada dasarnya mereka hiperaktif not by choice, tapi karena otak dan tubuhnya menuntut untuk aktif. Kalau mereka ngga aktif, mereka akan merasa cemas.

Gimana? Kebayang ngga?

Iya! ADHD itu diagnosis serius. Butuh asesmen dan penanganan sistematis untuk membuat mereka bisa berfungsi secara optimal di lingkungan sosial. Makanya... mereka dengan ADHD masuk dalam kategori berkebutuhan khusus.

Penanganannya pun bertahap, biasanya anak akan dilatih untuk duduk diam selama rentang waktu yang bisa ditoleransi oleh impuls dan rasa cemasnya, misal anak cuma bisa duduk diam selama 2 menit, lebih dari itu dia akan merasa cemas, terlihat dari simptom fisik seperti berkeringat, kaki yang digerakkan secara terus-menerus, menggigit kuku, dsb. Pelan-pelan rentang waktunya ditambah, anak diajarkan untuk meregulasi rasa cemasnya dan memindahkan simptom fisiknya ke objek yang tidak mengganggu, seperti bola karet, cincin manik, dsb. Nanti output-nya diharapkan anak bisa duduk diam selama 30 sampai 60 menit, sesuai tuntutan jam pelajaran atau jangka waktu duduk diam yang sehat menurut dokter. Kenapa dilatih dan diajarkan demikian? Supaya anak bisa mengikuti pelajaran di kelas dengan kondusif, supaya kelak anak bisa bekerja dan berinteraksi di lingkungan sosial yang memang menuntut untuk duduk diam selama beberapa waktu.

Dari situ, baru dilatih untuk duduk diam sambil mendengarkan, membaca, dsb. Pokoknya, anak dengan ADHD ini dilatih untuk mengendalikan impuls dan kecemasan akibat impuls tsb. Di beberapa kasus yang cukup parah, bahkan anak harus mengkonsumsi obat-obatan yang menghambat kinerja beberapa bagian otak supaya impuls-nya bisa dikendalikan.

Sampai sini, gimana?

Aku cerita dan jelaskan begini, supaya paham bahwa ADHD itu adalah kondisi neuropsikiatri. Untuk menegakkan diagnosis, poin ini harus terpenuhi dan faktor lain harus dieliminasi. Jadi, anak yang ngga bisa diam karena mencari perhatian (attention seeker), atau anak yang ngga bisa diam karena keluhan lain, misal gangguan belajar atau masalah perilaku, ngga bisa semerta-merta disebut ADHD. Please!

Kenapa sih serius amat? Toh sama-sama aktif, susah diatur, mengganggu anak-anak yang lain.

KARENA... penanganannya berbeda. Sangaaat berbeda!

Anak ADHD, penanganannya seperti dijelaskan sebelumnya kurang lebih. Anak yang aktif karena attention seeker, harus ditelaah penyebabnya haus perhatian. Kurang attachment kah dengan sosok orang tua? Ada masalah kah dengan saudara? Sulit beradaptasi kah? Berarti penanganannya lebih tepat adalah family therapy, emotional regulation, dsb.

See?

Anak yang aktif karena gangguan belajar. Apa gangguan belajarnya? Sulit membaca dan berhitung? Sulit memahami penjelasan? Kemampuan intelektualnya di bawah rata-rata? Atau malah terlalu cerdas jadi bosan? Penanganannya ya tes inteligensi, dibuatkan rencana belajar khusus sesuai kemampuannya, atau terapi membaca dan berhitung.

Again, see?

Sebagian besar anak yang aktif karena sebab lain (bukan ADHD), umumnya perilaku aktifnya akan berkurang bahkan menghilang setelah sebabnya diketahui dan diberikan tindak lanjut seperti dijelaskan tsb. Tapi anak ADHD engga. Namanya impuls. Buatan dari pabriknya yang bikin dia ngga bisa diam. Yang bisa dilakukan adalah mengendalikannya.

So... please, pahami bahwa aware dengan mental health bukan sekadar tahu dan menggunakan berbagai term atau istilah canggih semacam "hiperaktif", "ADHD", dan lainnya, tanpa benar-benar mengerti apa definisi term itu, mengapa mereka bisa didiagnosis demikian, apa effort yang diperlukan agar mereka bisa berbaur dengan lingkungan sosial yang luas, bagaimana cara menghargai dan mendukung mereka. Kalau begini, barulah namanya aware dan peduli, bukan cuma sekadar ikut tren dan akhirnya overuse si term.

Oke. Sampai sini dulu rant aku seputar isu ini. See you in the next write ^^